Selasa, 23 April 2024

 

SDT.KOMEN.41

BUDI SAMPURNO.April.3


BABAK AKHIR PROSES PILPRES 2024

Drama panjang dengan penuh pujian, cacian dan penyebaran berita-berita hoax telah berakhir di ujung keputusan Majelis Konstitusi dengan menolak gugatan dari kubu Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dan kubu Ganjar Pranowo-MahfuD.MD. Disinilah rentetan Pemilihan Presiden th 2024 juga berakhir. Sengketa  bernarasi  kecurangan, pembohonan, pembodohan dengan masing-masing gaya para pembelanya serta para saksi ahlinya, ada yang kalem, ada yang ngotot, tinggal kenangan dalam rekaman video yang dulunya tersebar dengan serunya di media massa. Bila kita putar lagi, semoga rekaman itu bisa menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga, baik dari sisi politik, hukum dan sosial serta etika. Pembelajaran bagi bangsa Indonesia, agar pada Pilpres mendatang bisa  berjalan tertata dengan baik, berakhir dengan baik pula

Sebenarnya kita sudah bisa memprediksi putusan akhir MK, tetapi forum penyelesaian melalui MK itu harus berjalan sesuai dengan kaidah yang sudah menjadi kesepakatan. Kita syukuri pantauan dari berbagai media, semua kubu yang bersengketa bisa menerima putusan MK dengan legawa. Dari kubu 01, Anies Baswedan menyambutnya dengan mengatakan: “ Bagi kami, proses Pilpres 2024 telah terlewati seluruh fasenya. Saya ucapkan kepada Pak Prabowo dan Pak Gibran, selamat menjalankan amanat konstitusi”. Sedangkan kubu 03, Ganjar Pranowo mengatakan : “ Ini adalah akhir dari perjalanan. Saya dan Pak Mahfud sepakat untuk menerima. Kami ucapkan selamat kepada pemenang. Mudah-mudahan PR-PR bangsa bisa segera diselesaikan”.

Fasenya Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, fase Prabowo-Gibran serta fase Ganjar Pranowo- Mahmud sudah berakhir- sudah terlewatkan, tetapi mereka tidak boleh berleha-leha karena ada tugas yang sangat penting harus segera diselesaikan, yaitu menenangkan para pendukungnya. Terutama para pendukung yang fanatik. Karena kalau kita perhatikan pada masa kampanye dan masa sidang MK, berita hoax, caci maki beredar, berseliweran di media dengan sangat bebasnya. Komisi Penyiaran dan Dewan Pers pun tidak berkutik, tidak berdaya untuk mencegahnya, untuk mengembalikan kepada rel Undang-Undang Pers ataupun Undang-Undang Penyiaran. Para pendukung yang fanatik inilah yang membuat narasi-narasi negativ, cenderung menyerang lawan dengan tanpa mengindahkan etika.

Sudah dapat dipastikan para elit politik bisa segera bersatu, tetapi para pendukung di akar rumput justru mengawatirkan tidak segera bisa berdamai, bersatu. Tugas mendamaikan merupakan tugas wajib dari para elit politik dari masing-masing Partai Politik. Wajib pula para pengacara, para pembela yang ketika sidang di MK tampak beringas, berkewajiban pula ikut berusaha mendamaikan di kalangan akar rumput.

Oposisi sebagai pengejahwantahan demokrasi memang sangat diperlukan di Indonesia, agar sistim kontrol berjalan baik. Pemerintahan berjalan sesuai dengan rel pada Pasal-Pasal UUD 1945.

Perdamaian dan bersatunya di kalangan elit politik dan para akar rumput serta pemerintahan dengan sistim demokrasi yang berlandaskan  Pancasila akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk mencapai Indonesia Emas di th 2045.

Yang menang Pilpres jangan takabur, yang kalah jangan ngamuk. (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.23.4.2024)

 

 

Minggu, 21 April 2024

 

SDT.KOMEN.40

BUDI SAMPURNO.APRIL.2



BUNG KARNO SUDAH TIDAK DI PDIP ?

Pemilu th 2024 sudah selesai. Hasilnya sudah sama-sama diketahui, meskipun masih dalam sengketa dan berujung masuk ke Makamah Konstitusi. Putusan hasil sidang Mahkamah Konstitusi masih sama-sama kita tunggu. Kita juga tahu, para Capres ada yang puas dengan hasil Pemilu, tetapi ada juga yang tidak puas, bahkan merasa dicurangi. Capres 01 dan 03, pendukungnya langsung protes dan mengajukan tuntutan ke Mahkamah Konstitusi.

Perolehan suara memang ada yang mengejutknn, yaitu pasangan Capres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, hanya memperoleh 16,47%. Padahal Capres ini di dukung oleh koalisi yang dimotori partai besar pemenang Pemilu yang lalu, yaitu PDIP. Yang juga berhasil mengantarkan Joko Widodo menjadi Presiden RI dua periode.

Di media, terutama di medsos, para analis politik memberikan komentar yang sangat pedas khususnya kepada PDIP. Ada yang mengatakan PDIP sebuah partai besar yang sombong, mengecilkan arti Presiden Joko Widodo sebagai petugas partai, memposting foto yang meremehkan seorang Presiden, seorang Kepala Negara, yaitu ketika Presiden Joko Widodo bertemu dalam suatu ruangan dengan posisi Megawati duduk di belakang meja besar. Sedangkan Presiden Joko Widodo duduk di kursi biasa, sepertinya seorang murid sedang menghadap Kepala Sekolah karena sang murid sedang bermasalah. Kader-kader PDIP banyak yang mencela Presiden Joko Widodo sebagai orang yang tidak tahu diri, karena sampainya Joko Widodo menduduki jabatan Presiden  adalah berkat dan jasa besar PDIP. Para pecinta Presiden Joko Wiwodo merasa terhinakan. Dan berbagai komentar politis yang sifatnya menistakan PDIP.

Namun ada suatu fenomena yang menarik yang membuahkan pertanyaan, yaitu apakah Bung Karno sudah tidak di PDIP?.

Sudah sejak dahulu hingga sekarang Bung Karno selalu dilekatkan pada PDIP. Dalam setiap gerakkan apapun, foto Bung Karna selalu ditampilkan. Apalagi dalam masa kampaye. Ideologi PDIP tercermin dalam diri Bung Karno. Lalu yang bagaimana ideologi PDIP itu, diyakini bahwa tidak semua kader PDIP itu mengerti dan paham tentang ajaran Bung Karno. Mungkin yang seangkatan Hasto (Sekjen), Ardian Napitupulu, Budiman Sujatmika (yang keluar dari PDIP) masih paham. Tetapi angkatan di bawah mereka mungkin sudah setengah paham.

Siapakah pemilih Pemilu th 2024 ?.

Komisioner KPU, Betty Epsilon Idroos mengatakan, DPT (Daftar Pemilih Tetap ), total berjumlah 204,8 Juta orang. Secara komposisi generasi milenial menjadi pemilih mayoritas, jumlah sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen.(JP.3/7/2023)

Dari sekian DPT yang milenial,  pasti sebagian ada yang jadi kader atau simpatisan PDIP. Lalu yang kader PDIP itu tahunya apa tentang Bung Karno. Apalagi dengan ajarannya. Yang mereka pasti tahu, Bung Karno adalah Sang Proklamator, seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah mereka. Jadi bagi mereka, penampilan Bung Karno pada poster-poster, sudah tidak ada efek positifnya. Apalagi millenial yang bukan kader PDIP.

Lalu apakah para kader PDIP yang sering tampil di media juga mencerminkan PDIP merupakan Rumah Nasionalis Sukarnois, Rumah Partai Wong Cilik sesuai ajaran Bung   Karno ?. Lihatlah Megawati sebagai Ketua Umum PDIP berkali-kali  tampil di media dengan nada arogan, misalnya mengkritik ibu-ibu yang ikut pengajian, pada hal mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Pernah menghina penjual bakso. Lihat pula Ateria Dahlan, Masinton Pasaribu bila berdiskusi di media. Selalu tidak mencerminkan sebagai kader PDIP yang baik sesuai ajaran Bung Karno. Kasus Harun Masiku seorang kader PDIP yang sampai sekarang belum terungkap dan KPK masih memburunya. Polah mereka mengundang para simpatisan PDIP berbalik menjadi tidak simpati lagi pada PDIP.

Makanya jumlah pemilih yang mencoblos PDIP jauh merosot. Dan sangat berpengaruh pada kekalahan yang tragis dari Capres Ganjar-Mahfud MD. Bung Karno sudah tidak di PDIP lagi !. (BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.21.4.2024)

 

 

Minggu, 14 April 2024

 





SDT.KOMEN.39

BUDI SAMPURNO. APIL.2



                    KOMUNIKASI MEWUJUDKAN DEMOKRASI

Harian JAWA POS Sabtu Kliwon, tgl 13 April 2024 ada berita menarik di halaman 6 berjudul “ UPAYA PERTEMUAN PRABOWO-MEGA SEMAKIN INTENS. UPAYAKAN SEMEJA DENGAN JAKOWI DAN SBY. Dahnil Anzar Simanjuntak, Jubir TKN Prabowo-Gibran mengatakan “Pak Prabowo ingin ada persatuan antar elite, yang akan berdampak sampai masyarakat di bawah, sehingga tidak terpecah belah “. “ Prabowo  sebagai capres terpilih ingin merangkul semua presiden pendahulunya. Baik itu Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, maupun Presiden Jakowi. Prabowo berharap semua mantan presiden bisa bersama-sama terlibat dalam membangun Indonesia ke depan. Peran mereka sangat penting dalam memajukan bangsa”.

Memang memajukan bangsa bukanlah suatu hal yang mudah. Perlu partisipasi dari semua pihak. Mereka yang ketika pemilihan capres saling berseberangan, alangkah indahnya setelah pemilihan capres selesai, kita bersatu demi keutuhan bangsa dan kemajuan bangsa Indonesia.

Hal itu menciptakan alam demokrasi. Seperti yang pernah saya uraikan dalam Kacamatakom, tgl 12 Januari 2024, Demokrasi itu punya tujuan, yaitu untuk mencapai persamaan hak dan kewajiban serta perlakukan yang sama bagi semua warga negara. Oleh karena itu bila kita perhatikan, inti dari  demokrasi  adalah  partisipasi. Partisipasi menurut catatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.732 ), disebutkan “hal turut berperan serta di- suatu kegiatan”. Lalu bagaimana supaya partisipasi bisa terlaksana dengan baik, maka diperlukan kegiatan berkomunikasi. Komunikasi  pada hakekatnya adalah penyampaian ide yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok (komunikator), baik dalam bentuk berbicara , tulisan, gambar ataupun gerak-tubuh. Tujuan komunikasi, yaitu, dengan harapan yang diajak berkomunikasi ( komunikan) dapat memahami pesan yang disampaikan serta melaksanakan seperti yang dikehendaki komunikator.

Menanggapi berita di Jawa Pos , capres Prabowo sedang melakukan komunikasi dengan tujuan terlaksananya pertemuan satu meja, Prabowo, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono serta Presiden Joko Widodo. Berharap berbagi pengalaman untuk mencegah terpecahnya bangsa Indonesia tetapi justru bersama-sama memajukan bangsa. Bersama-sama memajukan bangsa, itu artinya melaksanakan partisipasi yang merupakan inti dari demokrasi

Mencegah terpecahnya bangsa Indonesia sudah dilaksanakan oleh Presiden Joko Widodo yang merangkul Prabowo dengan menjadikan salah satu menterinya. Dan terbukti di akar rumput para pendukung di saat Pilpres saling bertentangan, saling menyerang, saling kirim berita hoax, pada akhirnya mereka bisa menerima serta bersatu kembali demi keutuhan dan kemajuan bangsa Indonesia.

Semoga pertemuan para tokoh yang sangat berpengalaman dalam memimpin serta mengelola negara segera terlaksana dengan baik. Serta tujuan untuk mempersatukan serta memajukan bangsa dan negara Indonesia terlaksana dengan baik pula (Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.14.4.2024)

 

 

 

Senin, 08 April 2024

 

sdt.komen.38

BUDISAMPURNO. April.1



YOGYAKARTA KAWATIR PELAKU “NUTHUK”

Yogyakarta memang kota pariwisata. Yang selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Apalagi di hari-hari libur seperti sekarang ini. Dikabarkan, di hari libur panjang lebaran, jutaan orang tumplek bleg masuk kota Yogyakarta dari segala penjuru Indonesia.

Yang pasti kehadiran tamu-tamu ini akan memberikan banyak manfaat bagi penduduk Yogyakarta, apalagi mereka yang bergerak, berkecimpung di bidang usaha perdagangan. Baik perdagangan besar, menengah maupun yang kecil. Namun pihak-pihak tertentu ada yang melakukan pelayanan di luar batas.  Yang akan memberikan citra buruk terhadap Yogyakarta yaitu kebiasaan “ nuthuk ”.

Harian KEDAULATAN RAKYAT, hari Senin, tgl. 8 April 2024, dalam Tajuk Rencana, menjelaskan “ nuthuk “ adalah  memberikan tarif atau harga tidak wajar atau terlalu mahal yang sering kali dilakukan   saat momen tertentu.

Lebih lanjut, harian KR menyebut, Pemerintah DIY sangat sadar akan hal tsb, maka kembali di tahun ini, mengeluarkan peringatan yang intinya agar para pedagang dan pelaku usaha bisa menjadi tuan rumah yang baik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan tidak menaikkan harga dan mengambil keuntungan secara berlebihan. Apalagi sampai “ nhutuk “ harga yang berlebihan dan mengakibatkan kerugian bagi wisatawan.

Peringatan semacam ini sudah sering dilakukan , tetapi masih juga banyak pelaku usaha yang melakukan tindakan “ nhutuk “. Untuk mengatasi hal tsb, Pemerintah DIY membuka layanan aduan melalui akun media sosial atau juga istagram resmi Pemda DIY, yaitu @humasjogya. Dengan demikian mereka yang dirugikan karena ulah “nhutuk “ bisa segera melaporkan untuk bisa diatasi.  Maksud Pemda sudah bagus, tetapi juga kembali kepada mereka yang dirugikan, karena ada kebiasaan mereka hanya ngomel saja serta enggan untuk melaporkan. Karena kalaulah lapor juga  tidak bisa melihat langsung hasilnya. Mereka lebih suka menciri tempat-tempat yang merugikan serta menginformasikan secara langsung melalui medsos mereka, grup WA misalnya. Hal ini justru lebih cepat tersebar dan berefek langsung kepada para usaha yang telah merugikan.

Mungkin PEMDA perlu membuat Poster-Poster Peringatan yang disebarkan ditiap-tiap tempat usaha. Sehingga, apabila terjadi ulah “ nhutuk ”. konsumen bisa langsung berdialog dengan para pengusaha, mengingatkan dengan dasar Poster-Poster Peringatan tsb.(Budi Sampurno.Mak’skom.IPJT.8.4.2024)

 

 

Rabu, 31 Januari 2024

 

SDT.NGOBROL.39

BUDI SAMPURNO.JAN.3



 

NGOBROL “ GADUNG ENAK, AN NGGAK ENAK “

Wagiman langsung mencomot kripik gadung yang disajikan Wagiarti. Pagi itu suasana mendung gerimis. Wajah Wagiarti sumringah, tersenyum melirik, melihat polah suaminya. Menyeruput wedang kopi, langsung mencomot kripik gadung. Entah sudah berapa kali comotan, nggak sempat menghitungnya.

WAGIMAN  : “ Enak ini bu. Mendung-mendung, gerimis dapat kripik gadung dari isteri tersayang”.

WAGIARTI : “ Gombal !!. Pak, jangan banyak-banyak…nanti mendem ..”.

WAGIMAN  : “ Mendem itu kalau awal mengolahnya nggak bener. Mencucinya nggak di-kasi garam,  kalau di-rebus, ya ngrebusnya nggak sampai matang .Itu yang bikin mendem”.

WAGIARTI : “ Ya, Dulu waktu di desa, ibu kalau panen gadung selain di-jual juga di-pakai sendiri. Ibu…oooo tleten kalau ngurusi gadung. Sampai bersih, baunya enak, gitu “.

WAGIMAN  : “ Saya suka mbantu bapak kalau pas panen gadung. Sampai berkarung-karung. Hasil panennya kan ada yang beli. Bapak dapat duwit, terus pas hari Minggu, saya di-ajak ke-pasar dan dibelikan mainan. Entah gangsing, atau mobil-mobilan….O… senengnya saya waktu kecil. Manja!!”.

WAGIARTI : “ Gadung berubah jadi duwit. Gadung bikin anak manja bisa bermain bersenang senang. Tapi ada gadung yang bikin aparat penegak hukum jadi kerepotan”

WAGIMAN  : “ Ada-ada saja ibu ini. Gadung bikin kerepotan apparat penegak hukum”.

WAGIARTI : “ Coba dikasi an. Polisi repot, Tantara repot, Kejaksaan repat, Pengadilan repot “.

WAGIMAN  :” di kasi an….Oooo bener-bener….Pinter isteriku ini. Ha ha ha…jadi misalnya… Polisi gadungan, petugas pajak gadungan”.

WAGIARTI : “ Yang baru rame sekarang dan tertangkapnya seorang  dokter gadungan Tim Nasional Sepak bola U-19,  yang ternyata seorang kondektur bis. Saya tahu itu dari kliping bapak lho…”.

WAGIMAN  : “ Namanya Elwizan Aminudin, tidak hanya di Timnas U-19, tapi juga di-beberapa Klub Liga I “.

WAGIARTI : “ Di kliping bapak disebutkan, Aminudin ini berusia 41 th di-tangkap Satreskrim Polres Sleman Yogyakarta dan buron selama dua tahun. Nah itu gadung yang bikin nggak enak, merepotkan polisi. Nanti proses hukumnya kan panjang. Masuk Kejaksaan, masuk Pengadilan, masuk Penjara”.

WAGIMAN : “ Benar bu. Merepotkan aparat penegak hukum”.

WAGIARTI : “Ada lagi yang bikin geregeten, jijik…Santriawan gadungan”.

WAGIMAN : “ Ya…maksud ibu pasti si Bechi dari Pondok Pesantren di Ploso Jombang. Bechi tidak mau menyerah, lalu pondoknya di-kepung polisi. Itu rame di bulan Juni-Juli th 2022”.

WAGIARTI : “ Herry Wirawan dari Bandung, memperkosa 13 santriwati. Di hukum penjara seumur hidup. Anehnya kok hakim tidak menerapkan hukum kebiri. Ini bisa menular lainnya”.

WAGIMAN  : “Ya …di negara kita ini ternyata ada saja yang gadungan. Tapi kripik gadung di- stoples kok sudah habis, bu!!”.

WAGIARTI : “ Yee… dihabiskan sendiri, katanya sayang isteri. Ditawari saja enggak “.

Geledek gemuruh menggelora di-udara. Wagiarti meloncat , bergegas berlari ingat jemuran pakaian. Takut kesiram hujan. Wagiman di-tinggal begitu saja. Berdiri, membenahi kliping yang habis di-baca Wagiarti (BUDI SAMPURNO. Mak’skom.IPJT.31.1.2024)

 

Minggu, 28 Januari 2024

 

SDT.NGOBROL.38

BUDI SAMPURNO.Jan.2

 




NGOBROL” ENCENG YANG BIKIN GONDOG “

Pulang arisan keluarga,Wagiman dan Wagiarti melewati beberapa sungai. Arus lalu lintas yang cukup lancar di-jalan dan dikarenakan dinginnya AC mobil, Wagiarti sempat terlena pulas disandaran jok mobil. Wagiman tersenyum, timbul pikiran jahatnya. Menjelang masuk jembatan pasti ada polisi tidur. Disinilah niat jahatnya dilaksanakan. Tanpa mengurangi kecepatan, mobil melaju, menghantam polisi tidur. Wagiarti langsung terbangun. Bibir Wagiman tersenyum.

                    WAGIMAN  : “ Maaf…maaf… Nggak lihat….ada polisi tidur”.

                    WAGIARTI  :  “ Lihat jalan dong pak, kalau nyupir itu…!!!”.

                    WAGIMAN  : “ Sudah lihat jalan…Tapi saya melirik ke-sungai….”.

                    WAGIARTI : “ Sungai di lirik….He…ada perempuan mandi ya…Hayo ngaku!!”.

WAGIMAN : “ Ngapain lihat perempuan mandi di sungai….Di rumah saja, sering lihat perempuan          mandi. Bebas lagi…nggak dosa lagi. Bersertifikat lho…”

                   WAGIARTI : “ Lihat apa, nyupir kok nggak lihat ada gronjalan, polisi  tidur!!??”.

WAGIMAN : “ Sungainya ijo royo-royo”.

WAGIARTI : “ Sungai kok ijo royo-royo…Aneh..!”

WAGIMAN : “ Nggak aneh….Wong sungainya penuh dengan enceng gondog “.

WAGIARTI : “ O, iya…Kalau berenceng gondog…Ya ijo royo-royo. Pemda-nya nggak kontrol”.

WAGIMAN : “ Ya kontrol dong bu. Dan memang enceng gondog itu sangat cepat berkembang biak. Tumbuh di permukaan air. Lama dibiarkan, tidak segera dibersihkan ya… menutupi sungai”.

WAGIARTI : “ Dinas apa yang ngurusi itu, pak?”

WAGIMAN : “ Tiap kota lain namanya. Ada yang namanya Dinas Sumber Daya Air”.

WAGIARTI : “ Ganti saja Kepala Dinasnya”.

WAGIMAN : “ Enak saja, ganti. Enceng gondog itu, bisa bikin senyum ibu-ibu”.

WAGIARTI : “ Enak saja…Nggak..ah !!”.

WAGIMAN : “ Ibu pernah tersenyum, ketika di-beri oleh-oleh tas bahannya dari enceng gondog. Dulu..waktu bu Haryo habis reuni di Malang. Ibu seneng sekali. Tersenyum bahagia sambil elus-elus tas yang bahannya dari enceng gondog”.

WAGIARTI : “ I ya. Habis cantik sih tasnya. Kreatif banget. Ide yang bagus. Dari enceng gondog!”.

WAGIMAN  : “ Enceng gondog bikin orang dapat duit. Bikin senyum orang.

WAGIARTI : “ Ya….Tapi yang kebanjiran gara-gara enceng gondog juga banyak, pak !!. Kepala Dinasnya yang salah itu!!”.

WAGIMAN  : “ Enceng gondog…Yang bikin gondog…. Tapi, sudah mau lewat Srikandi, bu…!”.

WAGIARTI : “ Tadi di-acara arisan bapak makannya sudah banyak lho “.

WAGIMAN  : “ Tapi soto Srikandi…sotonya pak Nurul nggak boleh dilewati begitu saja, bu”.

WAGIARTI : “ Lha, monggo kalau bapak mau. Rugi memang, kalau nggak mampir soto Srikandi”.

Wagiman dengan terampil, langsung parkir mobil. Persis di depan Srikandi. Berdua turun mobil. Berlari kecil, gerimis mulai datang. Dari dalam yang punya Srikandi menyambut dengan ramah langganan lama yang setia mengunjungi Srikandi. (BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.28.1.2024)

 

 

 

 

Selasa, 23 Januari 2024

 

SDT.KOMEN.37

BUDI SAMPURNO.JAN.2


KPK DAN MANUSIA BIASA

Dulu survei dari berbagai Lembaga Survei serta masyarakat pada umumnya selalu  memberikan apresiasi tinggi atas hasil kerja KPK. Pejabat negara atau tokoh politik  berhasil di sikat. KPK berhasil mengintai,  mengendus perbuatan jahat para pejabat. Menteri yang masih duduk dalam Kabinet, para Bupati dan Walikota, serta para tokoh partai, bahkan besan seorang Presiden-pun di-lalap. Sepertinya KPK tidak perduli serta tidak ambil pusing dengan ancaman datang dari  berbagai pihak. Dari  mereka-mereka yang sedang diselidiki atau di-incar kasus-kasusnya, atau dari mereka-mereka di-mana kasusnya sudah ada di tangan KPK. Kita masih ingat kasus Ketua KPK, Antasari sampai di-penjara, Novel Baswedan yang di siram air keras. KPK tetap tegak lurus menjalankan kewajibannya yaitu memberantas tindak kejahatan yang pastinya merugikan negara dan masyarakat, berupa korupsi, suap menyuap, jual beli jabatan dll.

Namun sudah beberapa waktu ini, KPK di landa berita-berita miring yang tidak mengenakkan. Sejak KPK di-pimpin oleh Firli Bahuri , kehormatan dan wibawa KPK di nilai oleh beberapa kalangan telah merosot . Firli Buhari sendiri, sebagai Ketua di anggap telah melanggar etika. Konflik intern secara terbuka bisa dinikmati oleh masyarakat melalui media massa baik cetak ataupun elektronik. Koordinasi antar pimpinan yang tidak harmonis, pelanggaran etik dengan pihak yang berperkara. Berita sangat mengagetkan dan sangat memalukan, yaitu terbongkarnya pungutan liar di Rutan Klas I KPK di Jakarta Timur cabang Gedung Merah Putih. Kok bisa ya !!!. Nyatanya bisa!. Padahal di tempat itu harusnya benar-benar steril dari kejahatan apapun. Anggota Dewan Pengawas KPK, Albertina, mengatakan, berdasar penelitian, praktek pungutan liar ini, nilainya di-taksir 4 Milyar Rupiah. Jumlah tersebut masih dimungkinkan bertambah.

KPK sekarang dalam sorotan tajam dari masyarakat dan para pihak penegak hukum. Masih nama Firli sang Ketua yang selalu mencuat berita negatifnya. Firli ditetapkan sebagai tersangka oleh sesama lembaga penegak hukum, dalam kasus pemerasan terhadap mantan Menteri Pertanian,  Syahrul Yasin Limpo.

Prsiden Jakowi sampai turun tangan mengeluarkan Keppres no. 129/P Tahun 2023 dan berlaku sejak tgl ditetapkan, tgl. 28 Desember2023. Presiden secara resmi memberhentikan Firli sebagai Komisioner dan Ketua KPK. Dari berbagai pihak timbul pendapat, seharusnya Presiden tidak memberhentikan sebagai Ketua KPK, tetapi langsung memecatnya.

Kita masih menunggu proses penegakan hukum oleh para pelaku hukum. Antara Firli dan Polda Metro Jaya. Memuaskan atau tidak memuaskan masyarakat.

Manusia-manusia di KPK sekarang ini ternyata manusia-manusia biasa. Bukan manusia setengah dewa seperti yang didambakan masyarakat. Korupsi tetap menggema di bumi Indonesia. Apakah sistim pemilihan para Ketua KPK dan penerimaan karyawan di KPA perlu di rombak??. Padahal yang sekarang ini, pemilihan para Ketua KPK sudah melalui saringan dari pihak DPR-RI.(BUDI SAMPURNO.Mak’skom.IPJT.23.1.2024)